5 Nasehat Habib Ali Bin Muhammad al-habsyi (Pengarang Maulid Simthud Duror)

5 Nasehat Habib Ali Bin Muhammad al-habsyi (Pengarang Maulid Simthud Duror)

Agar Selamat Dunia dan Akhirat

  1. Berhati-hatilah dalam memilih kawan dan teman, mengingat pergaulan itu amat besar pengaruhnya dalam kehidupan dan membentuk kepribadian seseorang.
  2. Berpegang teguhlah pada thoriqoh para ulama terdahulu. Bersungguh-sungguh dalam bertakwa kepada Allah baik dalam keadaan sendirian maupun dalam keramaian sebaga bekal utama dalam mengarungi kehidupan ini, dan juga tekunlah dalam menuntut ilmu yang bermanfaat serta tinggalkanlah kebiasaan dan pola hidup yang tidak berguna.
  3. Ketahuilah adanya pertemuan-pertemuan di dalam majelis dzikir dan majelis ilmu itu bisa membawa kemanfaatan dan kebaikan yang besar pada umat manusia. Dan ketahuilah bahwa perkumpulan kita dalam suatu majelis dzikir dan ilmu berada dalam pengawasan junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Melalui perkumpulan semacam itu cahaya ilahiyah akan memancar kepada siapapun, baik yang dekat maupun yang jauh, baik bagi mereka yang taat maupun yang bermaksiat, baik yang alim maupun yang jahil. Orang yang hadir dalam majelis tersebut, sewaktu pulang akan membawa keuntungan yang besar.
  4. Sangat penting bagi kita untuk memperhatikan akan pentingnya belajar dan mengajarkan ilmu agama. Disela-sela kesibukan kita dalam mengumpulkan harta hendaknya kita harus mau menyisihkan sebagian harta kita untuk para penuntut ilmu.Gunakan waktu dan kesempatan kita untuk belajar dan mengajarkan ilmu. Kita melihat manusia di zaman akhir ini telah kehilangan semangat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama. Mereka terlalu sibuk untuk memperkaya diri, menghabiskan waktunya untuk urusan-urusan duniawiyah.
  5. Jagalah silaturahmi dan juga berbuat baiklah kepada kedua orang tua. Ketahuilah barang siapa yang berbuat baik kepada kedua orang tuanya, ia akan beruntung di dunia dan akhirat. Dan siapa saja yang durhaka kepada kedua orang tuanya dia akan rugi dan celaka di dunia maupun akhirat. Tidak ada amalan yang manfaatnya paling besar didunia ini selain berbakti kepada kedua orang tua. Dengan berbuat baik kepada orangtua, seorang anak akan lebih dekat dengan Allah dan juga Rasul-Nya dan terhindar dari suul khotimah. (*)
Kategori:catatan

IBU dan SURGA

“Ya Rasulullah! Siapakah yang paling berhak menerima baktiku?” Nabi saw. menjawab, “ibumu.” “Kemudian siapa lagi, ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “ibumu.” “Kemudian siapa lagi, ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “ibumu.” “Kemudian siapa lagi, ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “ayahmu.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Demikian perbincangan antara seorang sahabat dengan Rasulullah SAW disuatu saat. Berdasarkan riwayat diatas, perintah untuk berbakti, berbuat baik kepada ibu diulang hingga tiga kali berturut-turut. Hal ini menunjukkan bahwa ibu memiliki kedudukan yang tinggi dalam pandangan islam.

Sedemikian tingginya kedudukan ibu dalam islam, sampai-sampai salah satu riwayat menyebutkan, “surga itu di bawah telapak kaki ibu.” Meski banyak ulama yang men-dhaif-kan riwayat ini.

Al Qur’an sendiri telah menyebutkan, “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibu telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKu lah kembalimu.” (QS. Luqman; 14)

Bahkan salah satu hadits menyebutkan, keridhaan Allah terkait dengan keridhaan kedua orang tua dan murka Allah terkait pada murka kedua orang tua.” (HR. Al-Hakim)

Ya Allah, ampunilah segala kesalahan kami dan kesalahan kedua orang tua kami. Dan sayangilah mereka (bapak ibu kami) sebagaimana mereka mencukupi kasih sayangnya kepada kami, sewaktu kami masih kecil dulu. Wallahua’lam bil shawab

*disadur dari berbagai sumber

Kategori:IBU dan SURGA

NASEHAT TENTANG EMPAT PERKARA

4 April 2010 4 komentar

Empat Amal yang Paling Berat

Menurut Ali karrama wajhahu-, amal yang paling berat ada empat perkara:

  1. Memaafkan seseorang jika kita sedang marah.
  2. Dermawan, walaupun sedang susah, yakni memberikan harta benda kepada yang membutuhkannya.
  3. Enggan melakukan hal yang haram, sekalipun sedang sendirian. Orang yang afif ialah orang yang mengurus perkara-perkara yang sesuai dengan syarak dan kepribadian.
  4. Ucapan yang hak kepada orang yang ditakutinya, misalnya kepada sultan yang zalim atau diharapkan, yakni orang yang diharapkan ampunan atau pemberiannya.

Empat Kalimat Pilihan dalam Empat Kitab Allah SWT

Segolongan hukama telah memilihkan empat kalimat dari dalaam empat kitab, yaitu:

Dari kitab Taurat ialah kalimat: “barangsiapa yang rida atas apa-apa yang diberikan Allah SWT kepadanya, maka dia beristirahat di dunia akhirat.”

Dari kitab Injil ialah kalimat: “barangsiapa yang telah merobohkan syahwatnya, maka dia kuat di dunia dan akhirat.”

Dari kitab Zabur ialah kalimat: “barangsiapa yang menyendiri dari manusia, maka dia selamat.”

Dan dari Al-furqaan (Al Qur’an) ialah kalimat: “barangsiapa yang memelihara ucapannya, maka dia selamat didunia dan akhirat.”

(HR. Al-Baihaqi)

Tentang memelihara lisan, Nabi saw bersabda:

“Amal (perbuatan) yang paling disukai Allah, adalah memelihara lisan.” (HR. Al-Baihaqi)


Empat Perkara yang Lebih Baik Daripada yang Baik-baik

Empat hal berikut adalah baik, namun yang empat lainnya lebih baik daripadanya, yaitu:

  1. Rasa malu bagi laki-laki itu baik, namun bagi wanita lebih baik.
  2. Sikap adil dari setiap orang itu baik, namun dari para pemimpin itu lebih baik.
  3. Tobat dilakukan oleh orang tua itu baik, tapi dilakukan orang muda itu lebih baik.
  4. Kedermawanan bagi diri orang kaya itu baik, namun bagi diri orang fakir itu lebih baik.

*Di tulis dari kitab NASHAIHUL ‘IBAD (Syekh Muhammad Nawawi Ibnu Umar Al-Jawi)

Al Habib Ahmad Anis bin Hasan bin Shahab

Al – Habib Ahmad Anis bin Hasan bin Shahab lahir di kota Surabaya, tepatnya tanggal 12 Ramadhan 1358 H / 21 Agustus 1937 M.Al – Habib Ahmad Anis, yang semasa hidupnya lebih dikenal dengan sapaan Ustadz Anis, adalah putra ke dua pasangan Al – Habib Hasan bin Husein Bin Shahab dan Syarifah ‘Aisyah binti Husein Ba’bud.

Ayahnya adalah salah seorang ulama yang dikenal dengan kefakihannya dan sifat kesabarannya.Sedangkan ibundanya adalah adik kandung Al – Habib Muhammad bin Husein Ba’bud , pendiri Pondok Pesantren Daar An – Nasyien Lawang.Berawal dari lingkungan keluarga yang sangat agamais inilah kepribadian Habib Anis Shahab terbentuk.Al – Habib Anis belajar ilmu – ilmu agama kepada ayahnya sejak masa kecilnya hingga beliau beranjak remaja di kota Bondowoso.Setelah ayahnya meninggal dunia beliau melanjutkan aktivitasnya menuntut ilmu – ilmu agama kepada pamandanya yaitu Al – Habib Muhammad Husein Ba’bud di kota Lawang.Beliau juga pernah mengenyam pendidikan umum hingga kuliah di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang.Namun masa kuliahnya itu hanya sempat berjalan beberapa semester.Sepeninggal ayahnya pada tahun 1960,Habib Anis menjadi tulang punggung keluarga, yang terdiri dari seorang ibu dan tujuh saudara kandungnya.Ustadz Anis merupakan gambaran seorang anak yang sangat taat dan berbakti  kepada Ibunya, bahkan beliau selalu menyerahkan seluruh hasil kerjanya selama sebulan kepada sang Ibu.

Diceritakan pula bahwa beliau adalah seorang yang dekat dengan orang shalih dan cinta pada para ulama.Begitupun terhadap para salafus shalih,orang – orang shalih tedahulu.Dan setiap hari beliau tak penah lepas membaca Surah Ya – Sin, Surah Tabarak ( Al – Mulk ) dan tahlil yang ditujukan kepada orang tua, para awliya, kerabat sanak family dan sahabat – sahabatnya dan kebiasaan ini beliau tularkan kepada para santrinya hingga saat ini.

Habib Anis adalah seseorang yang gigih dalam dalam berdakwah.Sejak usia muda,ia telah berkeliling untuk berdakwah dan mengajar,baik di tengah – tengah kota maupun pelosok – pelosok desa beliau lakukan.Beliau mengawali aktivitas dakwahnya dari keadaan yang sangat sederhana,tidak jarang beliau berjalan berpuluh – puluh kilometer dalam keadaan gelap gulita dengan hanya membawa sebuah obor.Dalam keadaan sakit semangatnya dalam berdakwah tidak berkurang dan saya masih ingat pada saat peletakan batu pertama pemugaran Masjid Jami’ Babussalam kota Lawang,waktu itu beliau dalam keadaan sakit akan tetapi beliau tetap hadir untuk menemui seluruh santrinya.Beliau sangat dikenal luas memiliki peranan sangat besar dalam syiar Islam,peran pentingnya tecatat pada sekita 50 pembangunan sarana agama di kota Lawang dan sekitarnya dan beliau selalu di garis depan.Untuk pembangunan sarana agama tesebut sebagian dari harta beliau sendiri dan beliau lakukan secara sembunyi – sembunyi tanpa sepengetahuan keluarga beliau.Setelah beliau wafat keluargany baru mengetahui begitu banyak sarana agama yang telah berdiri,ternyata tidak lepas dari peranan penting Ustadz Anis.

Majelis yang paling dicintainya majelis yang secara rutin beliau selenggarakan setiap Ahad Pagi.Pada awalnya Majelis ini adalah ditujukan untuk mengajar ketiga adik beliau yaitu Habib Husein,Habib Idrus dan Habib Abdullah di kediaman Ibunda beliau.Seiring perkembangan waktu satu demi satu berdatanganlah orang – orang lainnya mengikuti majelis tersebut sehingga rumah Ibunda  beliau tidak menampung,Dengan izin Allah SWT,suatu hari Majelis ini dipindahkan ke Masjid Jami’ Babussalam – Lawang.

Dalam aktivitas mengajarnya, beliau adalah figur pengajar yang sangat santun kepada murid – muridnya.Beliau mencintai murid – muridnya tanpa sedikit memandang status sosial mereka,perhatian beliau juga sangat besar kepada murid – muridnya,hingga beliau hafal dengan seluruh muridnya.Bila ada murid yang tidak di majelis tersebut belaiu selalu menanyakan perihal ketidak hadiran muridnya tersebut.Selain beliau santun juga berwibawa dan sangat berpengaruh di tengah – tengah masyarakat.

Habib Anis juga dengan ahli dzikir, dalam keadaan dan kondisi apapun,lisannya selalu dibasahi untaian kalimat dzikirullah.Dalam sehari semalam secara rutin beliau membaca sekitar 30 macam wirid dan dzikir yang terus beliau jaga secara istiqamah hingga akhir hayat.Beliau juga sosok yang dapat dijadikan teladan dalam hal kebiasaan membaca.Di sela – sela kesibukannya beliau masih bisa meluangkan waktu untuk membaca.

Di suatu keheningan Shubuh yang tenang Habib Anis mengambil air wudhu,berpakaian rapi, lengkap dengan wewangian dan kopiah yang biasa dikenakannya.Sebelum sempat menghadap Allah SWT untuk menunaikan shalat Shubuh,Sang Khaliq berketetapan untuk lebih dulu menjemput Habib Anis.Hari itu tepatnya pada tanggal 5 Sya’ban 1428 H / 19 Agustus 2007,Al – Habib Ahmad Anis bin Hasan bin Shahab meninggalkan dunia yang fana ini,proses sakaratul mautnya begitu ringan dan sangat cepat,hingga pihak keluarga pun sempat tidak menyadarinya.

Pada saat pemakamannya,tidak kurang dari sepuluh ribuh orang yang mengantarkan jenazahnya menuju tempat peristirahatannya yang terakhir.Para pelayat yang hadir saat itu dari Pulau Jawa dan luar Jawa.Beberapa hari menjelang wafat pada suatu malam beliau bermimpi masuk ke rumah Rasulullah SAW.Beliau menceritakan impiannya itu kepada seseorang dan menakwilkannya bahwa dirinya insya’ Allah telah aman dalam naungan Rasulullah SAW datuknya dan kecintaanya.

Setelah berlalu waktu tiga pekan sejak wafatnya,seseorang datang kepada keluarga Habib Anis dan bercerita bahwa malam sebelumnya ia bermimpi bertemu Habib Anis.Dalam impian tersebut Habib Anis mengatakan bahwa Sayyidina Al – Faqih Al – Muqaddam datang kepadanya untuk membantu mempermudah hingga ia merasakan proses sakaratul maut yang dialaminya sangat baik dan mudah.Semua itu adalah berkah dari Rasulullah SAW dan Sayyidina Al – Faqih Al – Muqadam, kata Habib Anis dalam impian orang tersebut.

Semoga amaliyah di alam dunia digantikan dengan kebahagian di negeri akhirat dan dikumpulkan bersama Rasulullah SAW dan Sayyidina Al – Faqih Al – Muqadam dan para pendahulunya yang sangat beliau cintai dalam hidupnya.Begitu pun teladan dan semua yang diajarkannya semoga membawa manfaat bagi kita semua,amin.

(Disadur dari Majalah ALKISAH No.26/15 – 28 Des.2008 yang ditulis oleh Hasan bin Husein Shahab)

MAULID NABI

Maulid adalah gambaran atau biografi seseorang, sedangkan  maulid Rasul adalah kelahirannya Nabi Muhammad SAW, Allah SWT berfirman : ” Taatlah engkau kepada KU dan kepada Rasul “. Bagaimana kita mengenal Rasulnya Allah SWT : maka, para ulama-ulama menggambarkan pandangan mereka dengan mengutip kebesaran Rasulullah SAW dengan bentuk buku-buku mereka yang dinamai buku Maulid.
Allah SWT berfirman : “Dan pada dirimu ya Muhammad contoh tauladan yang besar “.  Firman Allah tersebut menjadikan para ulama lebih kuat, mereka menginginkan apa-apa yang dimaksudkan firman Allah SWT diatas dengan menjabarkan atau membahas biografi Rasulullah SAW. Maka mereka mengutip dengan buku-buku maulid yang kita kenal dengan kutipan-kutipan mereka diantaranya :

1. Maulid Syariful Anam
2. Maulid Ad-Diba’i
3. Maulid Al-A’zab
4. Maulid Barzanji
5. Maulid Simtudduror
6. Maulid Ad-Dia’ullami, dll.

Isi dari Maulid mereka sama menjelaskan kepribadian Rasulullah SAW, karena Allah SWT berfirman : ” Tidaklah Aku utus engkau ya Muhammad, karena engkau rahmat semesta alam “.

Apa yang disebut dengan Rahmat ?  ”Rahmat adalah Kasih sayang Allah yang dalam firmannya Raufurrahim = Pemaaf atau penyayang, tanda ini jelas bahwa maulid adalah pujian-pujian Allah SWT kepada Rasulullah yang sudah ada di dalam Al Qur’an yang lebih dijelaskan dalam buku Maulid, karena Allah SWT berfirman : ” Sesungguhnya Aku (Allah SWT) dan para malaikatku (Allah SWT) bershalawat kepada Rasululah SAW, wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kepada Rasulullah SAW”.


Apa maksud Shalawat ? “Shalawat adalah pujian “, Shalawat kepada Rasulullah berarti memuji Rasulullah. Allah SWT telah memuji Rasulullah SAW, dalam firman diatas dan telah menyuruh kepada malaikat maupun manusia untuk memuji Rasulullah SAW. Banyak pujian-pujian Allah SWT di dalam Al Qur’an menggambarkan kemuliaan Rasulullah, berarti memuji Rasulullah adalah perintah Allah yang harus ditaati sampai kita didalam shalat pun membawa pujian kepada Rasulullah SAW dengan bershalawat kepadanya, menandakan betapa cintanya Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

Inti Maulid adalah Manusia harus mencontoh manusia yang mulia yaitu Nabi Muhammad SAW. Karena Nabi Muhammad SAW bersabda : ” Aku anak cucu Adam yang tak membanggakan diriku “. Jelas pujian tersebut bukan keinginan Rasulullah SAW, tetapi keinginan Allah SWT untuk seluruh hambanya memuji Rasulullah SAW.
Nabi bersabda : ” Barang siapa yang memujiku maka akan kulemparkan pasir “. lalu Allah SWT berfirman : ” Wahai orang-orang yang beriman pujilah Rasulullah SAW “.Kerendahan diri Rasulullah SAW telah terbukti diatas, bahwa pujian-pujian itu datangnya dari Allah SWT bukan keinginan Rasulullah SAW, berarti memuji Rasulullah SAW mengikuti keinginan Allah SWT (Perintah) dan siapa yang melanggar perintahnya berarti dia berpaling dari kebesaran Allah SWT, berarti pembacaan Maulid atau Shalawat adalah perintah Allah SWT atas hambanya untuk memuji Rasulullah SAW.

Yang Akhirnya Rasulullah SAW bersabda : ” Barang siapa yang bershalawat kepadaku maka Allah SWT akan menurunkan rahmat 10 kepadanya, dan mengampuni 10 dosanya, dan mengangkat 10 derajatnya “ (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang berkaitan dengan  seseorang membaca Maulid atau bershalawat kepada Rasulullah SAW. Di zaman yang modern ini banyak sebagian kelompok mengharamkan atau membid’ahkan Maulid dan Shalawat kepada Rasulullah SAW, dikarenakan pemikiran mereka yang pendek tentang nabi Muhammad SAW dan pengetahuan mereka yang tidak kuat didalam Al Qur’an, karena tidak ada didalam Al Qur’an ayat yang menerangkan haramnya membaca Maulid atau Bid’ahnya membaca Shalawat, karena mereka dibekali ilmu-ilmu orang Yahudi dan Nasrani, karena ketidak mampuannya menjatuhkan nama nabi Muhammad SAW, dari dulu sampai sekarang mereka mencari bagaimana cara untuk merusak agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Karena Allah SWT berfirman :    “Sesunguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah Ridho (kepada ajaran Nabi Muhammad SAW) sebelum umat itu mengikuti ajaran Yahudi dan Nasrani

Dari rangkuman hasil diatas maka terbukti bahwa gerak gerik orang-orang Yahudi dan Nasrani telah memasuki tubuh Islam untuk menghancurkan agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Karena Allah SWT berfirman : ”Agama yang diterima oleh Allah SWT adalah agama Islam”.
Maka kita akan mengenal islam dengan mengenal biografi Rasulullah SAW dengan pembacaan Maulid bukan ajaran orang-orang Yahudi dan nasrani yang menyangkal tentang biografi Nabi Muhammad SAW dalam rangkuman Maulid.

Kategori:MAULID NABI

Khotbah Terakhir Rasulullah SAW

(Khutbah ini disampaikan pada 9 Dzulhijjah 10 H dilembah Uranah,arafah).

Wahai manusia, dengarkanlah baik-baik apa yang hendak Ku katakan. Aku tidak mengetahui dengan teliti kata-kataku apakah aku dapat bertemu lagi dengan kalian setelah tahun ini. Oleh karena itu dengarlahini dan sampaikanlah kepada orang-orang yang tidak dapat hadir di sini pada hari ini.

Wahai manusia, sebagaimana engkau menganggap bulan ini dan kota ini sebagai suci, maka anggaplah jiwa dan harta setiap orang Muslim sebagai amanah suci. Kembalikan harta yang diamanatkan kepadamu kepada pemiliknya yang berhak. Janganlah engkau sakiti siapapun agar orang lain tidak menyakitimu. Ingatlah bahwa sesungguhnya engkau akan menemui Tuhan-mu dan Dia pasti membuat perhitungan atas segala amalan kalian. Allah telah mengharamkan riba, oleh sebab itu segala urusan yang melibatkan riba tinggalkan mulai sekarang.

Waspadalah terhadap syaitan demi keselamatan agamamu. Dia telah putus asa untuk menyesatkan kalian dalam dosa besar, maka berjaga-jagalah supaya kalian tidak mengikutinya dalam dosa kecil.

Wahai manusia, sebagaimana kalian menpunyai hak atas isteri kalian, mereka juga mempunyai hak di atas kalian. Sekiranya mereka menyempurnakan hak mereka keatas kalian maka mereka juga berhak untuk diberi makan dan pakaian dalam suasana kasih sayang. Layanilah wanita-wanita kalian dengan baik dan berlemah lembutlah terhadap mereka karena sesungguhnya mereka adalah teman dan pembantu kalian yang setia. Dan hak kalian atas mereka ialah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang yang kalian tidak sukai ke dalam rumah kalian dan dilarang melakukan zina.

Wahai manusia, dengarkanlah dengan sungguh-sungguh kata-kataku ini, sembahlah Allah, dirikanlah sholat lima kali sehari, berpuasalah di bulan Ramadhan, dan tunaikanlah zakat dari harta kekayaan kalian, kerjakanlah ‘ibadah Haji’ sekiranya kamu mampu. Ketahuilah bahwa setiap Muslim adalah saudara atas Muslim yang lainnya. Kalian semua adalah sama; tidak seorang pun yang lebih mulia dari yang lainya kecuali dalam Taqwa dan beramal soleh.

Ingatlah, bahwa kalian akan menghadap Allah pada suatu hari untuk dipertanggung- jawabkan di atas segala apa yang telah kalian kerjakan. Oleh karena itu waspadalah agar jangan sekali-kali kalian keluar dari landasan kebenaran setelah ketiadaanku.

Wahai manusia, tidak ada lagi Nabi atau Rasul yang akan datang setelahku dan tidak akan lahir agama baru. Oleh karena itu wahai manusia, nilailah dengan betul dan fahamilah kata-kataku yang telah aku sampaikan kepada kalian. Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, yang sekiranya kalian berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya, niscaya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah Al Quran dan Sunnahku.

.Hendaklah orang-orang yang mendengar ucapanku, menyampaikan pula kepada orang lain. Semoga yang terakhir lebih memahami kata-kataku dari mereka yang terus mendengar dariku. Saksikanlah ya ALLAH, bahwa telah aku sampaikan risalah Mu kepada hamba-hamba Mu. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Penyebab Tidak Terkabulnya Do’a

Suatu hari Ibrahim bin Adham radhiyallahu ‘anhu berada di sebuah pasar Kota Bashrah, Irak. Masyarakat Bashrah mendatangi beliau dan bertanya :

“Duhai Abu Ishaq, mengapa do’a-do’a kami tidak terkabul?”

Ibrahim bin Adham radhiyallahu ‘anhu berkata :

Do’a kalian tidak terkabul karena hati kalian telah mati dan penyebab matinya hati kalian adalah sepuluh hal :

Pertama, kalian mengenal Allah, tetapi tidak memenuhi hak-hak-Nya.

Kedua, kalian mengaku cinta kepada Rasulullah SAW, tetapi tidak mengikuti sunnah-sunnahnya.

Ketiga, kalian membaca Al-Qur’an, tetapi tidak mengamalkan isinya.

Keempat, kalian menikmati berbagai karunia Allah, tetapi tidak bersyukur kepada-Nya.

Kelima, kalian nyatakan setan sebagai musuh, tetapi tidak menentangnya.

Keenam, kalian nyatakan Surga itu benar-benar ada, tetapi tidak beramal untuk memperolehnya.

Ketujuh, kalian nyatakan bahwa Neraka itu ada, tetapi tidak berusaha untuk menghindarinya.

Kedelapan, kalian nyatakan kematian itu pasti datang, tetapi tidak bersiap-siap untuk menyambutnya.

Kesembilan, sejak bangun tidur kalian sibuk meneliti dan memperbincangkan aib (keburukan) orang lain dan melupakan aib (keburukan) kalian sendiri.

Kesepuluh, kalian kuburkan mereka yang meninggal di antara kalian, tetapi tidak pernah memetik pelajaran darinya.

Sumber :

Buku Orang Bijak Berkata oleh Novel bin Muhammad Alaydrus

Seorang Pemuda Istimewa

18 Maret 2010 2 komentar

Dalam suatu kesempatan Allah SWT memberikan wahyu kepada Nabi Sulaiman AS untuk pergi ke laut agar melihat sesuatu yang mengagumkan dan mendapati hikmah dibaliknya. Nabi Sulaiman AS pun keluar dari istananya menuju laut bersama-sama jin dan manusia. Sesampainya ditepi laut, beliau tak melihat sesuatu yang menarik perhatiannya, lantas Nabi Sulaiman AS berkata kepada jin Ifrit :”Menyelamlah engkau kedasar laut ini dan kembalilah dengan membawa sesuatu yang menarik didalamnya.” Jin Ifrit pun menyelam hingga lama dan kembali lagi, lalu berkata : “wahai nabi Sulaiman , sungguh aku telah menyelam kedalam laut dengan perjalanan yang amat jauh, tetapi tidak sampai kedasarnya dan juga tidak kulihat sesuatu yang menarik.”

Kemudian Nabi Sulaiman AS memerintahkan jin yang lain.  Sama halnya dengan jin yang pertama, ia tidak juga menemukan sesuatu pun yang menarik. Walaupun jin yang kedua ini menyatakan telah menyelam sebanyak dua kali. Lalu nabi Sulaiman memerintah seorang manusia yaitu Ashif bin Burkhiya, menteri beliau yang disebut dalam Al Qur’an sebagai orang yang mengerti ilmu kitab. Melalui Ashif, akhirnya nabi Sulaiman AS dibawakan kubah yang mempunyai 4 pintu, masing-masingnya terbuat dari intan, yaqut, mutiara, dan zabarjad yang hijau.

Lalu pintu kubah itu terbuka seluruhnya, namun setetes air pun tidak masuk kedalamnya, padahal kubah itu berada di dasar laut yang paling dalam. Di dalam kubah terdapat seorang pemuda yang berpakaian putih bersih dan baik sedang melaksanakan shalat. Nabi Sulaiman AS masuk kedalamnya dan mengucapkan salam lalu berkata kepada pemuda itu :”Apakah yang membuatmu bias bertempat tinggal di dasar laut ini?” Pemuda itu pun menjawab : “ Wahai Nabi Allah, sesungguhnya ayahku itu orang yang lumpuh dan ibuku tuna netra, aku selalu berusaha melayani mereka selama 70 tahun.”

Ketika ibuku akan meninggal dunia, beliau berdoa :”Ya Allah, berilah anakku usia yang panjang untuk beribadah kepadaMu.” Begitu juga ketika ayahku akan meninggal dunia, beliau berdoa :”Ya Allah, berilah anakku kesempatan untuk beribadah kepadaMu disuatu tempat yang kiranya tidak bias dilalui oleh syetan.” Setelah aku memakamkan jenazah ayah dan ibuku, lalu aku pergi menuju tepi laut dan kulihat kubah ini persis dihadapanku. Aku pun masuk ke dalam kubah tersebut untuk melihat keindahan di dalamnya. Akhirnya sesosok Malaikat dating kepadaku dan membawaku bersamanya ke dalam laut ini.

Kemudian nabi Sulaiman AS pun bertanya :”kira-kira kapankah kau samapai ke tepi laut ini?” pemuda itu menjawab :”Ketika pada zaman nabi Ibrahim AS.”

Nabi Sulaiman mengingat tentang sejarah Nabi Ibrahim AS yang bisa diperkirakan 2400 tahun silam. Sungguh pun demikian, pemuda itu masih tetap muda, tak ada satupun uban di rambut kepalanya.

Nabi Sulaiman AS bertanya :”Bagaimanakah minuman dan makananmu?” Pemuda itu menjawab :” Setiap hari ada seekor burung hijau membawakan sesuatu yang kuning di patuknya, lalu aku memakannya. Aku bisa merasakan segala kenikmatan didunia dengan memakannya. Aku tidak merasa lapar dan haus, panas dingin dan tidur pun tidak ada keinginan lagi, aku tidak merasa susah dan jemu sama sekali.

Kemudian nabi Sulaiman AS berkata :”Apakah engkau senang untuk ikut bersama kami?” Apakah kau ingin kukembalikan lagi ke tempatmu?” Pemuda itu menjawab :” Wahai Nabi Allah, aku ingin kembali ke tempatku semula.” Dan pada akhirnya Nabi Sulaiman AS memerintahkan Ashif bin Burkhiya untuk mengembalikan pemuda yang berbakti pada kedua orang tuanya itu ke tempatnya semula di dasar lautan yang terdalam demi menikmati keindahan ibadah pada Allah SWT.

Dikutip dari kitab Irsyadul Ibad Ila Sabilir-Rasyad

Al-Habib Anis bin Alwi bin Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi

Tokoh ulama yang khumul lagi wara`, pemuka dan sesepuh habaib yang dihormati, Habib Anis bin Alwi bin Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi rahimahumullah telah kembali menemui Allah s.w.t. 14 Syawwal 1427 H bersamaan 6 November 2006 dalam usia kira-kira 78 tahun. Habib Anis sewaktu hayatnya sentiasa mengabdikan dirinya untuk berdakwah menyebarkan ilmu dan menyeru umat kepada mencintai Junjungan Nabi s.a.w. Beliau menjalankan dakwahnya berdasarkan kepada ilmu dan amal taqwa, dengan menganjurkan dan mengadakan majlis-majlis ta’lim dan juga majlis-majlis mawlid, dalam rangka menumbuhkan mahabbah umat kepada Junjungan Nabi s.a.w. Selain berdakwah keliling kota, sehingga muridnya menjangkau puluhan ribu orang di merata-rata tempat. beliau memusatkan kegiatan dakwah dan ta’limnya di masjid yang didirikan oleh ayahanda beliau, al-Habib Alwi bin ‘Ali al-Habsyi, yang dikenali sebagai Masjid ar-Riyadh, Gurawan, Pasar Kliwon, Solo (Surakarta), Jawa Tengah. Dalam majlis-majlis ilmu yang lebih dikenali sebagai rohah, dibacakan kitab-kitab ulama salafus sholeh terdahulu termasuklah kitab-kitab hadits seperti “Jami`ush Shohih” karya Imam al-Bukhari, bahkan pengajian kitab Imam al-Bukhari dijadikan sebagai wiridan di mana setiap tahun dalam bulan Rajab diadakan Khatmil Bukhari, iaitu khatam pengajian kitab “Jami` ash-Shohih” tersebut. Setiap malam Jumaat pula diadakan majlis mawlid dengan pembacaan kitab mawlid “Simthuth Durar” karya nenda beliau yang mulia al-Habib ‘Ali bin Muhammad al-Habsyi. Manakala setiap malam Jumaat Legi diadakan satu majlis taklim dan mawlid dalam skala besar dengan dihadiri ramai masyarakat awam dari pelbagai tempat yang terkenal dengan Pengajian Legian, di mana mawlid diperdengarkan dan tausyiah-tausyiah disampaikan kepada umat. Peringatan mawlid tahunan di bulan Rabi`ul Awwal dan haul Imam Ali al-Habsyi disambut secara besar-besaran yang dihadiri puluhan ribu umat dan dipenuhi berbagai acara ilmu dan amal taqwa. Sesungguhnya majlis para habaib tidak pernah sunyi dari ilmu dan tadzkirah yang membawa umat kepada ingatkan Allah, ingatkan Rasulullah dan ingatkan akhirat, yang disampaikan dengan penuh ramah – tamah dan bukannya marah-marah. Habib Anis terkenal bukan sahaja kerana ilmu dan amalnya, tetapi juga kerana akhlaknya yang tinggi, lemah lembut dan mulia. Air mukanya jernih, wajahnya berseri-seri dan sentiasa kelihatan ceria. Kebanyakan yang menghadiri majlis-majlis beliau adalah kalangan massa yang dhoif, dan kepada mereka-mereka ini Habib Anis memberikan perhatian yang khusus dan istimewa. Kemurahan hatinya kepada golongan ini sukar ditandingi menjadikan beliau dihormati dan disegani ramai. Sungguh tangan beliau sentiasa di atas dengan memberi, tidak sekali-kali beliau jadikan tangannya di bawah meminta-minta. Inilah antara ketinggian akhlak Habib Anis al-Habsyi rhm. Sungguh kemuliaannya bukanlah semata-mata faktor keturunannya yang umpama bintang bergemerlapan, tapi juga kerana ilmunya, taqwanya, waraknya dan akhlaknya yang mencontohi akhlak para leluhurnya terdahulu. Para leluhurnya yang terkenal dengan ketinggian akhlak mereka sehingga telah menawan hati segala rumpun Melayu rantau sini untuk memeluk agama Islam yang mulia. Sedih dan pilu rasa hati, seorang demi seorang ulama kita kembali ke hadhrat Ilahi. Khuatir kita jika tiada pengganti mereka, yang meneruskan usaha mereka untuk menyeru kepada Allah dan rasulNya. Bermohon kita kepada Allah dengan sebenar-benar dan setulus-tulus permohonan, agar yang patah tumbuh, yang hilang berganti. Kita sentiasa memerlukan bimbingan berkesinambungan daripada para ulama dan daie yang mukhlisin lagi berakhlak mulia, agar kejahilan dan keruntuhan akhlak tidak berleluasa. Hari ini selesailah permakaman beliau di Kota Solo di kompleks makam Masjid ar-Riyadh di sisi ayahandanya al-Habib Alwi bin Ali al-Habsyi. Kami ucapkan selamat jalan kepada Habib yang dikasihi. Mudah-mudahan musibah ketidaksampaian kami menziarahinya sebelum kewafatannya diberi ganjaran oleh Allah dengan kesudianNya menghimpunkan kami besertanya di syurga penuh keni’matan di samping nendanya yang mulia Junjungan Nabi s.a.w.

Kelembutan Allah dalam Musibah

Gempa Bumi, Gunung Meletus, Banjir, Wabah Penyakit, Hama, Angin Taufan, Matahari, Bulan, kesemuanya merupakan tentara Rabbul ‘Alamiin yang bergerak dan bertugas dengan Kehendak Nya dan Perintah Nya. Maka Dia Yang Maha Agung dalam Kekuasaan Nya yang Tunggal dan Abadi telah berfirman kepada Pemimpin para Duta Nya, Sayyidina Muhammad SAW: Sungguh Kuutus Engkau Sebagai Pembawa Rahmat Bagi Seluruh Alam. (QS Al Anbiya 107)

Maka sebagaimana disebutkan pada Tafsir Imam Attabari Juz 17 hal. 106, bahwa Rasul saw adalah Rahmat Allah (Kasih Sayang Allah) untuk seluruh manusia, muslim dan kafir, Rahmat Nya pada orang kafir adalah dengan tertundanya siksa mereka di muka bumi, tidak seperti ummat-ummat terdahulu yang mana saat mereka kafir pada Nabi Nya maka Allah segera menumpahkan musibah pada mereka, namun untuk ummat ini walaupun mereka Kufur dan kufur, Allah tetap tidak segera menjatuhkan siksa.

Maka fahamlah kita bahwa Bumi ini sejak Kebangkitan Rasul saw hingga akhir zaman, dalam naungan Rahmat Nya swt, yaitu Muhammad saw. Alangkah luhurnya nabi yang satu ini, hingga muslim dan kafir di masa beliau hingga akhir zaman tetap terjaga dari siksa kekufuran (Tafsir Imam Qurtubi Juz 4 hal 63). Bila kita menjenguk sedikit pada ayat yang lain Allah swt berfirman : “Hampir Saja Seluruh Langit Itu Pecah, Bumi Terbelah dan Gunung-Gunung Itu Hancur, Ketika Mereka Mengatakan Allah Mempunyai Putra.” (QS Maryam 90-91), Allah menahan alam ini hancur padahal seluruh alam ini murka terhadap manusia yang menghina Rabbul ‘Alamin, sebagaimana kita murka bila orang yang kita cintai dihina, atau ayah atau guru yang kita muliakan dihina, demikian pula alam, namun Allah menahannya karena masa ini adalah Masa Nabi Muhammad saw, Nah.. Rahmatan Lil’alamin ini adalah Penangkal Musibah bagi alam dan ternyata bukan hanya itu, namun para ummat beliau saw pun mewarisi Rahmat itu, yaitu mereka yang beriman kepada beliau saw, Allah jadikan mereka itu penangkal musibah bagi kaumnya, sebagaimana firman Allah swt : “Dan Ketika Mereka (orang-orang kafir) Berkata: Wahai Allah, Bila Ini (Muhammad saw) Merupakan Kebenaran Dari Sisi Mu, Maka Turunkan Pada Kami Hujan Batu Atau Datangkan Pada Kami Siksaan Yang Pedih, dan Tiadalah Allah Akan Menyiksa Mereka Selama Engkau (Wahai Muhammad saw) Berada Diantara Mereka, dan Tiadalah Allah Akan Menyiksa Mereka Selama Ada Diantara Mereka (ada diantara muslimin diantara mereka) Yang Beristigfar.” (QS Al Anfal 33)

Nah, jelaslah bahwa orang-orang yang beristighfar menahan siksa/azab pula bagi kaumnya yang kufur, bahkan ayat lainnya : “Kalau Bukan Karena Lelaki-Lelaki Mukmin dan Wanita-Wanita Mukminat, Yang Kalian Tidak Mengetahui dan Hampir Kalian Membunuhnya, Maka Kalian Akan Mendapat Kesulitan Bila Mencelakai Mereka, dan Agar Allah Mengumpulkan Siapa Yang Dikehendaki Nya Dalam Kasih Sayang Nya, Dan Bila Mereka Itu Pergi, Maka Niscaya Kami Tumpahkan Siksaan Pada Orang Yang Kafir Diantara Mereka Dengan Siksaan Yang Pedih.” (QS Al Fath 25) dan kini Allah menjelaskan bahwa orang-orang mukmin membuat kesejahteraan pada kaumnya, walaupun mereka kufur dan jahat, namun keberadaan orang-orang mukmin diantara mereka membuat Allah menahan siksa Nya.

Bahkan Rasul saw bersabda : “Tidaklah akan datang hari kiamat selama masih ada yang mengucapkan Allah.. Allah…” (Shahih Muslim hadits no.148) dan sabda Rasul saw : “Tidak terjadi Kiamat diatas seseorang yang berkata Allah, Allah.” (Shahih Muslim no.149). Tentunya seorang muslim dari Ummat Nabi Muhammad saw, maka fahamlah kita bahwa Dzikir orang-orang muslim menahan datangnya Kiamat, dan kiamat adalah Musibah terbesar sepanjang usia Alam diciptakan, dan apalah artinya musibah banjir, gunung meletus dan lainnya yang tak sedebu dari kejadian Kiamat. Ketahuilah makin banyaknya musibah dimuka bumi ini adalah disebabkan semakin berkurangnya orang-orang yang berdzikir, semakin kurangnya orang yang beristighfar, semakin kurangnya orang yang berdoa, bermunajat dan bertahajjud di malam hari. Lalu kelaparan, gunung meletus, gempa, banjir, dan segala bencana alam ini semakin santer dimuka bumi, maka jawabannya segera kita temukan, karena semakin berkurangnya orang-orang yang berdzikir dan beristighfar kepada Allah swt.

Maka muncullah segala musibah ini, mengapa? Dari Rahmat Nya swt tentunya, sebagaimana hadits-hadits dibawah ini, Sabda Rasululllah saw : “Tiadalah musibah menimpa seorang muslim, terkecuali penghapusan dosa baginya, walaupun hanya duri yang menusuknya.” (Shahih Muslim hadits no.2752, Shahih Bukhari hadits no.5317) Sabda Rasulullah saw : “Tiadalah seoang mukmin mendapat musibah berupa kesulitan, permasalahan, kesedihan, penyakit, bahkan kegundahan hati yang menyelimuti hatinya, kecuali merupakan penghapusan dosa baginya.” (Shahih Musli hadits no. 2573, Shahih Bukhari hadits no.5318). Ketika turunnya ayat : “Semua Yang Berbuat Dosa Pasti Akan Dibalas.” maka para sahabat tampak kebingungan dan sangat ketakutan, maka Rasul saw memanggil mereka dan berkata : “Kemarilah kalian, mendekatlah dan duduk berkumpullah padaku, ketahuilah bahwa semua yang menimpa muslimin adalah penghapusan dosa, bahkan kesusahan dan pula duri yang melukainya.” (Shahih Muslim hadits no.2754).

Wahai saudaraku, semakin banyak dosa kita maka telapak tangan penghapus dosa segera menyeka dosa-dosa kita, bila tak kita bersihkan maka akan datang ‘Tangan Penyeka’ yang mengajak kita kembali kepada Nya dalam keadaan suci, ‘Tangan Penyeka’ itu menyeka dosa disertai antibiotik pembersih penyakit di tubuh, bila dosanya kecil maka hanya perlu sedikit diusap maka akan bersih, namun bila kotoran itu sudah berkerak dan menular sekampung pula, bahkan sewilayah, bahkan sedunia, maka alat penyeka itu akan bertebaran dibelahan barat dan timur.

Wahai Saudaraku bangkitlah, Majelis Rasulullah saw ditegakkan dengan tujuan agung, yaitu memperbanyak orang-orang bertobat dan mengenal Allah, menghidupkan dzikir, mengguncang jakarta dengan dzikir Allah, Allah dan menumbuhkan semangat dihati muslimin agar mewarisi semangat Muhammad saw, yang dengan jiwa seperti inilah musibah akan sirna, Anda lihat di Aceh, bagaimana Pekuburan para shalihin tidak disentuh musibah, bagaimana Air setinggi 30 meter dengan kecepatan rata-rata 300km/jam dengan kekuatan ratusan juta ton itu terbelah di masjid-masjid dan pekuburan orang shalih, ada apa di masjid itu? ada apa di kubur itu? Singkat saja, ini adalah isyarat Nya kepada seluruh penduduk Bumi bahwa tempat-tempat sujud kepada Ku, dan tempat berdzikir bekas peninggalan hamba-hamba Ku yang shalih tak akan disentuh musibah, demikian pula pusara-pusara mereka yang telah wafat dari Hamba Ku yang shalih pun tak akan disentuh musibah.

Dan begitulah.. air bah yang sedemikian dahsyatnya itu tunduk dan menyingkir dari tempat-tempat beribadah mereka, siapa? para ahli dzikir tentunya, hamba-hamba yang sujud dengan khusyu pada Nya, merekalah penangkal musibah, maka kita mesti memperbanyak kelompok masyarakat yang seperti ini. Kita sering terlalu jauh, tak mungkin kita bisa menjadi penangkal musibah, kita adalah pendosa, opini semacam ini sering meracuni pemikiran kita. Ok kita buktikan, bukankah tempat yang paling banyak maksiatnya di seluruh Indonesia adalah jakarta, berarti jakarta lah yang paling berhak ditimpa ‘Tangan Penyeka’ namun mengapa musibah selalu menimpa wilayah luar jakarta? betul di jakarta ada kebanjiran, ada wabah, namun sangat tak seberapa dibanding musibah diluar jakarta, mengapa? Ketahuilah bahwa jakarta inipun kota yang paling banyak majelis taklimnya di seluruh Indonesia, paling banyak majelis Dzikir, majelis maulid dll.

Maka semakin kita meramaikan masjid-masjid dan majelis-majelis, maka kasih sayang Nya terlimpah, sebagaimana Firman Nya dalam hadits Qudsiy : “Sudah Kupastikan Kasih Sayangku Pada Mereka Yang Saling Mengasihani Karena Aku, Saling Berkumpul Karena Aku, Dan Saling Berkorban Karena Aku.” (Imam Hakim dalam Mustadrak ala Shahihain hadits no.7314 yang menyebutkan bahwa hadits ini memenuhi syarat shahihain sebagai hadits shahih) demikian pula dengan makna yang sama pada Shahih Ibn Hibban hadits no.575. Maka sudah selayaknya kita segera bangkit meramaikan masjid-masjid kita, rumah-rumah kita, wilayah kita, dengan dzikrullah dan majelis-majelis dzikir dan Ibadah, inilah yang mesti kita makmurkan, jangan kita terfokus kepada kemajuan dan kemajuan, yang pada dasarnya kemajuan tanpa iman adalah kepastian datangnya musibah, Gempa Bumi, Gunung meletus, taufan dan masih banyak lagi tentara Rabbul ‘Alamin yang akan diutus Nya sebagai alat penyeka.

Wahai Yang Maha Luhur dan selalu memuliakan hamba Nya yang berzikir kepada Nya, muliakanlah setiap pembaca risalah ini dengan pengampunan Mu, penyelesaian dari segala kesulitan dan musibah, pengabulan segala doa dan munajat, dan pula Curahkan kemuliaan Mu dengan kenikmatan dan kebahagiaan Dunia dan Akhirat bagi saudara saudara kami muslimin yang tertimpa musibah di Jogja dan seluruh belahan bumi muslimin, gantikan harta mereka dengan yang lebih indah di dunia dan akhirat, muliakan yang wafat dari mereka dengan mati syahid, dan kumpulkan arwah mereka bersama para syuhada di alam barzakh, amiin amiin..

Dan mudahkanlah perjuangan Majelis Rasulullah saw dan seluruh majelis taklim dan dzikir di muka bumi, selesaikan kesulitan dan hambatan kami, maafkan seluruh dosa pendukung kami dan curahkan shalawat sebanyak banyaknya dan semulia-mulianya kepada Imam kami dan Idola kami Sayyidina Muhammad saw serta keluarga dan sahabatnya, muliakan pula semua orang orang yang memuliakannya, walhamdulillahi ala dzalik…

Sumber :

http://www.majelisrasulullah.org

“Kumpulan Online Para Pecinta Rasulullah SAW”